Oleh: Jabrohim | 26 Februari 2010

Muhammadiyah dan Lima Lingkaran Komunikasi

MUHAMMADIYAH

DAN LIMA LINGKARAN KOMUNIKASI

Jabrohim*)

Sebagai sebuah organisasi atau persyarikatan yang besar dan berusia menjelang satu abad, Muhammadiyah memiliki hubungan kepentingan yang bertingkat-tingkat. Ini tentu tidak dapat dihindari karena sebagai organisasi besar, modern, dan memiliki begitu banyak aktivitas, Muhammadiyah diharapkan mampu menjalankan peran strategisnya secara optimal. Sudah bukan waktunya lagi persyarikatan digerakkan asal jalan, asal ada, dan asal berperan. Diperlukan keseriusan sikap, konsolidasi, dan revitalisasi yang terus menerus. Dan untuk ini dibutuhkan keterampilan berkomunikasi. Mengapa demikian? Sebab peran-peran strategi Muhammadiyah sulit dijalankan dan Muhammadiyah sulit produktif dalam menjalankan perannya manakala keterampilan bekomunikasi ini  sangat minim.

Sejak didirikan sampai hampir setatus tahun usianya sekarang, Muhammadiyah dapat didefinisikan memiliki lima lingkatan <lima ring> komunikasi. Pertama lingkaran komunikasi internal pimpinan. Kedua lingkaran komunikasi internal antara pimpinan persyarikatan dengan anggota dan simpatisan. Ketiga, lingkaran komunikasi Muhammadiyah dengan sesama umat Islam. Keempat, lingkaran komunikasi Muhammadiyah dengan bangsa Indonesia dan yang kelima adalah lingkaran komunikasi Muhamamdiyah dengan dunia internasional atau bisa disebut lingkaran komunikasi Muhammadiyah dengan hal-hal yang bersifat universal. Adanya lima lingkaran komunikasi ini menunjukkan adanya hubungan kepentingan yang bertingkat-tingkat atau hubungan kepentingan yang hakikatnya berlapis-lapis.

Tanda bahwa Muhammadiyah memiliki lima lingkaran komunikasi, antara lain dapat dibaca ketika Muhammadiyah mengadakan  sidang Muktamar. Acara Tanwir atau sidang Tanwir dan sidang Muktamar betul-betul merupakan komunikasi internal pimpinan, acara ini terbatas sekali pesertanya. Pesan-pesan yang disampaikan pun sangat eksklusif untuk pimpinan. Ini diatur oleh konstitusi persyarikatan bernama AD/ART secara ketat. Selain peserta maka agenda acaranya pun sudah ditentukan. Di luar perhelatan Muktamar, Tanwir, dan musyawarah di tingkat bawahnya lagi, komunikasi pada lingkaran pertama ini hanya berlangsung antara 13 orang pimpinan yang terpilih lewat Muktamar atau musyawarah pada tingkat di bawahnya.

Acara pembukaan Muktamar dan Tanwir dilangsungkan dalam kerangka lingkaran komuinikasi kedua, yaitu komunikasi yang berlangsung antara pimpinan dengan anggota dan simpatisan. Dalam istilah Muktamar, mereka disebut sebagai peserta dan penggembira.

Kemudian adanya pawai taaruf, bazar, pentas seni budaya, seminar, atau dialog dimaksudkan untuk melakukan komunikasi pada lingkaran ketiga dan keempat. Umat Islam, di luar Muhamamdiyah, bahkan masyatakat umum sebagai elemen bangsa dipersilakan untuk menikmati dan mengikuti kegiatan ini. Di sini pesan-pesan sosial dan pesan-pesan kebangsaan disampaikan.

Pada lingkaran komunikasi yang kelima, pesan-pesan moral kemanusiaan menjadi intinya. Kegiatan komunikasinya bisa berupa seminar internasional, dialog global, kerjasama antarbangsa dan negara, dan kegiatan seni budaya bertema kemanusiaan yang universal.

Dengan kata lain, pada lingkaran atau ring pertama dan kedua Muhammadiyah menyapa dirinya sendiri, pada lingkaran ketiga Muhammadiyah menyapa umat Islam, pada lingkaran keempat Muhammadiyah menyapa masyarakat dan bangsa, dan pada lingkaran kelima Muhammadiyah menyapa dunia. Materi seni budaya yang disajikan pada masing-masing lingkaran komunikasi ini dapat berbeda, tetapi mungkin pula hampir sama atau sama persis.

Dalam praktiknya, garis batas antara masing-masing lingkaran ini seringkali tidak kaku. Kecuali pada lingkaran pertama dan kedua, maka lingkaran komunikasi ketiga, keempat, dan kelima bisa diterobos atau relatif terbuka untuk diakses oleh pihak manapun. Prinsip membangun umatan wasathan atau umat moderat, dan dalam upaya memfungsikan Islam sebagai rahmatan lil’alamin mempermudah pihak di luar persya-rikatan untuk mengakses dan memanfsatkan kegiatan Muihammadiyah.

Ini semua juga berlangsung karena dilatarbelakangi oleh kehendak untuk memfungsikan peran-peran srategis Muhammadiyah dalam mengatasi masalah internal persyarikatan, masalah internal umat Islam, masalah masyarakat dan bangsa, serta masalah-masalah kemanusiaan pada umumnya. Pemahaman akan adanya lima lingkaran komunikasi di atas menjadi sangat penting. Tidak terkecuali, pemahaman oleh para pelaku seni terhadap kelima lingkaran tersebut agar ekspresi dan apresiasi seni yang dihasilkan tidak bertabrakan dengan kebijakan persyarikatan.

Yogyakarta, April 2009

*)  Jabrohim, Kepala FKIP Universitas Ahmad Dahlan

Ketua Lembaga Seni Budaya Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY

Wakil Ketua Pengurus Pusat Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia


Tinggalkan komentar

Kategori